Mamuju (ANTARA News) - Warga yang bermukim di Lingkingan
So'do, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, masih terisolir
setelah jembatan gantung terputus akibat air sungai meluap, Jumat malam (4/5)
di wilayah itu. Berdasarkan pantauan,
hingga Minggu, jembatan gantung yang menghubungkan dua dusun tersebut belum
dibangun oleh pemerintah setempat.
Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan dua wilayah itu
menjadi sulit karena jembatan gantung sepanjang 100 meter tersebut rusak akibat
luapan banjir. "Ratusan kepala
keluarga yang ada di lingkungan So'do belum bisa berbuat banyak lantaran akses
jalan penghubung di daerah itu belum dilakukan perbaikan,"kata Herman
salah seorang warga So'do.
Yang lebih merisaukan kata dia, karena ratusan murid SD
terancam terhambat masuk ikut Ujian Nasional (UN) apabila jembatan ini belum
diperbaiki. "Hanya ada satu
jalan alternatif yakni menggunakan perahu motor. Meski begitu, masyarakat takut
menggunakan perahu motor apabila air sungai tetap meluap,"katanya. (KR-ACO)
Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan
bahwa lagi-lagi pemerintah yang kurang tanggap dan peka terhadap kondisi di
negaranya. Terutama pemerintah daerah yang kurang tanggap dengan daerahnya
sendiri. Hal buruk yang menimpa suatu daerah yang dipegang harus segera
diselesaikan. Bukan menunggu teguran dari atasan atau bahkan menunggu korban
jiwa yang berjatuhan.
Mau menungu sampai
kapan mereka berjalan dengan sangat hati-hati yang nantinya maut akan datang
secara tiba-tiba. Bukan hanya mereka yang cemas, namun kedua orang tuanya pun
cemas memikirkan nasib anak-anak yang tiap pagi berangkat sekolah dan
siang/sore pulang sekolah. Dan bukan hanya anak sekolah saja yang melewati
jembatan tersebut, melainkan orang-orang yang hendak bekerja mencari nafkah demi
sesuap nasi.
Perlahan mereka
melangkah, perlahan juga mereka bersabar. Ketakutan selalu melanda hati mereka,
dengan arus deras yang mengalir dibawahnya. Para pejabat daerah akan segera turun
tangan jika sudah diketahui oleh masyarakat luas yang di publish lewat media. Kemudian
mengobarkan janjinya yang sebentar lagi akan memperbaiki jembatan tersebut. Namun
ditunggu beberapa minggu tidak ada tindakan dari janji tersebut. Saat ditanya kembali
muncul jawaban bahwa ada jalan alternatif lain yang seharusnya para pejalan ini
bisa menggunakan jalan alternatif tersebut.
Hmm… lagi-lagi
yang jadi kendala adalah waktu. Mengapa tidak, jalan alternatif lain itu sangat
amat menguras waktu para pejalan kaki terutama anak sekolah. Jika mereka selalu
melewati jalan itu maka sama saja dengan mereka akan selalu datang terlambat
setiap sekolah. Belum lagi tenaga mereka yang harus dikeluarkan berkali-kali
lipat untuk menempuh perjalanan jauh.
Kurangnya sosialisasi
antar masyarakat dan pemerintah memang sangat berdampak besar. Kerja pemerintah
tidak akan sempurna tanpa masyarakat, dan masyarakat tidak akan sejahtera tanpa
pemerintah. Bentuk komunikasi saat pembangunan jembatan dimanapun berada
seharusnya lebih di pertanggungjawabkan. Jangan asal membuat suatu fasilitas
yang asal jadi. Butuh standarisasi dalam pembuatan sarana fasilitas umum karena
yang menggunakan sangat banyak. Terlebih penduduk Indonesia yang setiap
tahunnya semakin bertambah.
Juga diharuskan
komunikasi antara masyarakat dengan kepala daerah setempat mengenai fasilitas
umum tersebut. Diadakan pengecekan rutin, sebelum kejadian buruk terjadi. Karena
waspada lebih baik. Apabila ada suatu fasilitas umum yang kelihatannya tidak
baik segera laporkan, maka dengan cepat kepala daerah akan memeberikan bantuan.
Peran bagi pejabat daerah dari tingkat atas sampai bawah harus cepat sadar
dengan keluhan masyarakatnya. Karena itu pasti ada sebab dan akibatnya.
Bila ini semua
berjalan dengan baik, pasti tidak akan ada anak sekolah atau para pekerja yang
berjalan dipinggir bibir jembatan yang hampir putus. Dan perbaikan jembatan
segera diatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar