Selasa, 08 Mei 2012

JEMBATAN GANTUNG TERPUTUS


Mamuju (ANTARA News) - Warga yang bermukim di Lingkingan So'do, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, masih terisolir setelah jembatan gantung terputus akibat air sungai meluap, Jumat malam (4/5) di wilayah itu. Berdasarkan pantauan, hingga Minggu, jembatan gantung yang menghubungkan dua dusun tersebut belum dibangun oleh pemerintah setempat.
                                                                
Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan dua wilayah itu menjadi sulit karena jembatan gantung sepanjang 100 meter tersebut rusak akibat luapan banjir. "Ratusan kepala keluarga yang ada di lingkungan So'do belum bisa berbuat banyak lantaran akses jalan penghubung di daerah itu belum dilakukan perbaikan,"kata Herman salah seorang warga So'do.

Yang lebih merisaukan kata dia, karena ratusan murid SD terancam terhambat masuk ikut Ujian Nasional (UN) apabila jembatan ini belum diperbaiki. "Hanya ada satu jalan alternatif yakni menggunakan perahu motor. Meski begitu, masyarakat takut menggunakan perahu motor apabila air sungai tetap meluap,"katanya. (KR-ACO)

      Dari pernyataan diatas bisa disimpulkan bahwa lagi-lagi pemerintah yang kurang tanggap dan peka terhadap kondisi di negaranya. Terutama pemerintah daerah yang kurang tanggap dengan daerahnya sendiri. Hal buruk yang menimpa suatu daerah yang dipegang harus segera diselesaikan. Bukan menunggu teguran dari atasan atau bahkan menunggu korban jiwa yang berjatuhan.



      Mau menungu sampai kapan mereka berjalan dengan sangat hati-hati yang nantinya maut akan datang secara tiba-tiba. Bukan hanya mereka yang cemas, namun kedua orang tuanya pun cemas memikirkan nasib anak-anak yang tiap pagi berangkat sekolah dan siang/sore pulang sekolah. Dan bukan hanya anak sekolah saja yang melewati jembatan tersebut, melainkan orang-orang yang hendak bekerja mencari nafkah demi sesuap nasi.
      Perlahan mereka melangkah, perlahan juga mereka bersabar. Ketakutan selalu melanda hati mereka, dengan arus deras yang mengalir dibawahnya. Para pejabat daerah akan segera turun tangan jika sudah diketahui oleh masyarakat luas yang di publish lewat media. Kemudian mengobarkan janjinya yang sebentar lagi akan memperbaiki jembatan tersebut. Namun ditunggu beberapa minggu tidak ada tindakan dari janji tersebut. Saat ditanya kembali muncul jawaban bahwa ada jalan alternatif lain yang seharusnya para pejalan ini bisa menggunakan jalan alternatif tersebut.
      Hmm… lagi-lagi yang jadi kendala adalah waktu. Mengapa tidak, jalan alternatif lain itu sangat amat menguras waktu para pejalan kaki terutama anak sekolah. Jika mereka selalu melewati jalan itu maka sama saja dengan mereka akan selalu datang terlambat setiap sekolah. Belum lagi tenaga mereka yang harus dikeluarkan berkali-kali lipat untuk menempuh perjalanan jauh. 
      Kurangnya sosialisasi antar masyarakat dan pemerintah memang sangat berdampak besar. Kerja pemerintah tidak akan sempurna tanpa masyarakat, dan masyarakat tidak akan sejahtera tanpa pemerintah. Bentuk komunikasi saat pembangunan jembatan dimanapun berada seharusnya lebih di pertanggungjawabkan. Jangan asal membuat suatu fasilitas yang asal jadi. Butuh standarisasi dalam pembuatan sarana fasilitas umum karena yang menggunakan sangat banyak. Terlebih penduduk Indonesia yang setiap tahunnya semakin bertambah. 
      Juga diharuskan komunikasi antara masyarakat dengan kepala daerah setempat mengenai fasilitas umum tersebut. Diadakan pengecekan rutin, sebelum kejadian buruk terjadi. Karena waspada lebih baik. Apabila ada suatu fasilitas umum yang kelihatannya tidak baik segera laporkan, maka dengan cepat kepala daerah akan memeberikan bantuan. Peran bagi pejabat daerah dari tingkat atas sampai bawah harus cepat sadar dengan keluhan masyarakatnya. Karena itu pasti ada sebab dan akibatnya.
      Bila ini semua berjalan dengan baik, pasti tidak akan ada anak sekolah atau para pekerja yang berjalan dipinggir bibir jembatan yang hampir putus. Dan perbaikan jembatan segera diatasi.

Tidak ada komentar: