Minggu, 31 Maret 2013

Pemilihan Sistem Operasi



1.    Kebutuhan saya terhadap Windows 7 Ultimate
Bagi saya sistem operasi sangat penting, karena sistem operasi dibutuhkan sebagai jembatan antara pengguna dengan perangkat keras. OS saat ini sudah diperkenankannya GUI (Graphical User Interface) yang artinya memiliki tampilan dan dengan bermodalkan mouse, End-User dapat menjalankan aplikasi/porgram atau piranti lunak. Itulah alasan saya, bahwa OS ini dapat melengkapi kebutuhan yang saya inginkan. Tampilan desktop yang tidak membuat pusing seperti DOS atau command prompt atau terminal atau dll, menjadikan saya semangat untuk menjalankan program tersebut. Serta fitur dan spesifikasinya sesuai dengan laptop yang saya miliki.

2.    Alasan atau latar belakang saya memilih Windows 7 Ultimate
§  Dianggap lebih baik dari Microsoft Vista & XP
§  Pengguna mengoptimalkan faktor kepuasan sampai batas yang signifikan.
§  Memberi kendali pemeliharaan dan pesan keamanan.
§  OS ini juga lebih baik daripada Windows Vista dan Windows XP ketika datang untuk membuka tugas kecil & berat worksheet excel dan file PDF.
§  Apabila telah terhubung ke jaringan, Windows 7 akan mengingatnya lalu dapat menghubungkannya secara otomatis.
§  Fitur seperti sidebar berganti nama jadi gadget.
§  OS ini fokus kepada pengembangan dasar dari windows, supaya  kompatibel dengan aplikasi-aplikasi dan perangkat keras komputer lainnya.

3.    Sejauh mana Windows 7 Ultimate dapat menjawab kebutuhan saya
§  Membantu saya mentransfer data ke hardisk, flashdisk, handphone dengan menggunakan kabel data, Bluetooth.
§  Dapat mengidentifikasikan lokasi dan membuka file apapun pada PC dari menu start dengan hanya mengetik satu atau dua kalimat.
§  Banyaknya software bahasa pemrograman yang compatible dengan Windows 7 Ultimate.
§  Pada alasan dan latar belakang diatas merupakan kebutuhan yang sudah saya capai pada Windows 7 Ultimate.

PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI



BAB I
PENDAHULUAN

Zaman era globalisasi teramat sangat dibutuhkan komunikasi yang baik, khususnya dalam sebuah organisasi. Seprti kalimat “the flow of messages within a network of interdependent relationship”. Karena komunikasi merupakan jembatan yang menentukan aktif tidaknya suatu organisasi tersebut. Dibawah ini akan dibahas bagaimana sebuah ide dapat ditransfer melalui komunikasi yang nantinya akan membentuk sebuah hasil kerja. Komunikasi dapat berupa verbal dan non verbal. Komunikasi yang verbal pasti menggunakan bahasa, bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang terdiri dari seperangkat bunyi &  lambang tertulis yang digunakan oleh orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk berbicara dan menulis (Collins Cobuild).

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI dalam ORGANISASI

Upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Menurut Achmad Basyuni & SH.,M.Kes, Widyaiswara Madya bahwaTo make opinions, feelings, information etc, known Or understood by others (Longman)”. Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan, ide, perasaan, fikiran atau pendapat seseorang sehingga dapat mengerti dan dimengerti oleh orang lain. Menurut Achmad Basyuni & SH.,M.Kes, Widyaiswara Madya juga “Proses penyampaian pesan dari Komunikator ke Komunikan melalui saluran/media dengan harapan mendapatkan umpan balik”.
Komunikasi organisasi diberi batasan sbg arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain. Sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok & masyarakat. Two way communication, komunikasi dua arah, komunikasi timbal balik, membutuhkan kerjasama yg diharapkan untuk mencapai cita-cita bersama, cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

2.2  MODEL KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.2.1     Model Komunikasi Linier
a.    One way communication, dalam model ini komunikator memberi suatu stimuli & komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa  mengadakan seleksi & interpretasi.
b.    Komunikasi bersifat monolog.
2.2.2     Model Komunikasi Interaksional
a.    Kelanjutan dari model pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback.
b.    Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah & ada dialog.
c. Tiap partisipan memiliki peran ganda, satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain sebagai komunikan.
2.2.3     Model Komunikasi Transaksional.
a.    Komunikasi  dipahami dalam konteks hubungan antara dua orang/lebih.
b.    Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif.
c.    Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.

2.3  FUNGSI KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.3.1     Fungsi Informatif
a. Organisasi dapat dipandang sebagai sistem pemrosesan informasi (information processing system).
b.   Seluruh anggota dalam organisasi berharap akan dapat informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.
c. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
2.3.2     Fungsi Regulatif
a.    Berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
b.    Atasan atau orang-orang dalam jajaran struktural memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
2.3.3     Fungsi Persuasif
a.  Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
b.  Banyak pimpinan lebih suka untuk mempersuasi bawahannya dari pada memberi perintah.
2.3.4     Fungsi Integratif
a. Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas & pekerjaan dengan baik.
b. Pelaksanaan komunikasi ini dapat menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasinya.

2.4  GAYA KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.4.1     The Controlling Style
a. Gaya komunikasi bersifat mengendalikan, ditandai dengan adanya satu kehendak untuk membatasi, memaksa & mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
b. Lebih memusatkan perhatian pada pengiriman pesan, tidak ada/tidak mengharapkan umpan balik.
2.4.2     The Equalitarian Style
a.        Adanya landasan kesamaan dan two way traffic of communication.
b.   Komunikasi dilakukan secara terbuka, mengungkapkan gagasan secara rileks, santai dan informal.
c.        Memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, efektif dalam memelihara empati & kerjasama.
2.4.3     The Structuring Style
Memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yg harus dilaksanakan, penjadwalan tugas & pekerjaan serta struktur organisasi.
2.4.4     The Dynamic Style
Memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action oriented).
2.4.5     The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah.
2.4.6     The Withdrawal Style
a.    Gaya ini tidak layak dipakai dalam komunikasi organisasi.
b.    Melemahnya tindak KOMUNIKASI.
c.  Dalam deskripsi konkret adalah, saat seseorang mengatakan : “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini !”. Pernyataan ini bermakna bahwa seseorang  mencoba melepas diri dari tanggung jawab, tapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.

BAB 3
KESIMPULAN

          Dimulai dari hal-hal kecil yang berpotensi membuat kesalahan komunikasi , suatu tujuan organisasi akan terhambat. Maka peran teknologi juga sangat diperhitungkan dalam suatu organisasi. Bisa berupa pesan singkat atau blackberry messenger dan panggilan langsung melalui telepon. Upaya ber jalur komunikasi terbaik bagi partner kerja demi mecegah ambiguilitas, misalnya melalui panggilan telepon atau pesan singkat jika hanya memberikan informasi yang simple. Hal ini dikarenakan karena dalam jalur komunikasi yang dibuat pasti selalu ada hambatan yang tidak akan diketahui. Baik dari permasalahan teknologi itu sendiri misalnya signal trouble yang biasanya terjadi karena daerah tertentu masih belum memasuki jangkauan coverage yang luas. Karena apabila mebahas tentang hambatan , pasti akan banyak sekali yang masuk dalam hambatan pada proses komunikasi.
Hambatan yang memicu terjadinya kesalahan komunikasi berawal dari pembawaan individual masing-masing atau para pelaku organisasi itu sendiri. Yang paling nyata adalah sifat dan kebutuhan suatu individu itu sendiri, biasanya berupa emosi, rasa tertutup, atau rasa ingin dihormati. Untuk itu sikap jujur dan transparan dalam berorganisasi patut dijunjung tinggi dalam kehidupan berorganisasi, karena kerja tim sangat berpenguruh. Pengaruh kestabilan emosi juga penting karena apabila dalam keadaan emosi maka informasi yang diterima tidak akan ditanggapi dengan baik seluruhnya yang mengakibat akhir dari tujuan suatu oragnisasi kurang terasa maksimal.

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

1.    Achmad Basyuni, SH.,M.Kes, Widyaiswara Madya