Senin, 06 Agustus 2012

MAKANAN INSTAN, OW OW OW ???


Banyak sekali jenis-jenis makanan instan yang beredar di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Jika kita melihat atau mengingat-ingat zaman dahulu dimana para orang tua memasak makanan dengan beberapa bumbu yang harus diracik dari awal. Baru kemudian memasukkan ke dalam panci atau alat masak yang hendak dipakai. Tapi tidak untuk saat ini, hanya dengan membeli sebungkus racikan bumbu instan yang sudah bisa langsung digunakan tanpa memilah-milih bumbu, menyiangi atau mengaduk bumbu-bumbu tersebut. Bumbu yang instan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam alat masak yang sudah disiapkan. Tunggu beberapa menit untuk menghidangkannya dengan lezat.
Atau ada kasus lain lagi yang lebih instan. Yaitu membeli makanan di restoran. Baik dari yang mahal hingga yang murah, semua itu dianggap wajar dan sah bagi semua kalangan. Bahkan sekitar awal tahun 2011 terlihat beberapa resto yang mulai berdiri membuka cabang dan lain-lain di beberapa daerah di Indonesia. Sebenarnya hal itu baik, karena membuka sebuah restoran adalah bentuk usaha, bisnis dan membuka lapangan pekerjaan. Akan tetapi jika melihat sisi buruknya akan terlihat sangat mengecewakan.
Makanan instan adalah makanan lezat yang menggoda. Keuntungan pada makanan instan, yaitu ;
1.  Cepat saji.
2.  Mudah dicari, didapat dan dikonsumsi.
3.  Letak yang strategis dikalangan masyarakat.
4.  Harga dan bentuk yang bervariasi, mulai dari yang termurah hingga termahal.
5.  Tidak pernah ada bosannya untuk menikmati ciptaan makanan yang jauh lebih instan.

Semua mata dikelabuhi oleh makanan instan. Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek pun turut sebagai konsumen makanan instan. Sebenarnya bukan hanya makanan instan saja melainkan semua produk-produk instan bisa membahayakan nyawa manusia.
Dibalik keuntungan terdapat kerugian dari makanan instan, yaitu ;
1.  Mengganggu kesehatan bagi tubuh, khususnya bagi tubuh yang sedang mengalami proses pertumbuhan.
2.  Ketergantungan produk-produk instan.
3.  Menjadikan diri malas atau tidak aktif.
4.  Sempitnya dalam menciptakan kreatifitas makanan sehat.
5.  Efek dalam jangka panjang bagi tubuh yang mengkonsumsi makanan  dan terdapat kandungan pengawet atau bahan kimia yang berlebihan.
6.  Dan lain-lain.

Jika ditelaah satu per satu sebenarnya semua kalangan telah mengetahui efek buruk dari makanan instan akan tetapi semua itu dijadikan satu alasan “terdesak”. Terdesak karena apa?
a.  Waktu
Jika orang tua sibuk secara otomatis anak-anak akan mengambil jalan yang singkat. Diberikan uang oleh orangtunya kemudian digunakan untuk membeli makanan di luar. Bagi anak-anak beranjak remaja hingga dewasa pasti memilih makan instan di beberapa restoran. Baik restoran biasa hingga yang memilki nama. Bagi anak-anak yang dibawah umur biasanya masih dibekali makanan dari rumah. Tapi dilihat lagi, makanan yang dibawa dari rumah biasanya hanya berupa roti atau mie instan kemasan atau sejenisnya. Bukankah masa pertumbuhan wajib mengkonsumsi makanan yang bergizi? Maka bekalilah dengan 4 sehat 5 sempurna. Paling tidak biasakan anak untuk memakan sayuran.
Kemudian waktu bagi orang dewasa, ini dia yang sangat disulitkan. Padatnya Ibu Kota biasanya mempengaruhi waktu kerja para tenaga manusia. Waktu makan hanya ada di jam siang. Itupun relative dari semua perusahaan, ada yang memberikan waktu yang agak panjang ada juga yang memberikan waktu sangat singkat. kemudian pulang kerja sekitar pukul 16.00-19.00 itu adalah jam-jamnya macet. Ketika beberapa kelompok berniat untuk pulang ke rumah namun melihat keadaan jalanan yang sangat menjengkelkan (macet) maka tidak sedikit yang mengurungkan niat untuk pulang. Dan akhirnya memutuskan untuk menunggu atau berkumpul di café, mini resto, atau tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat santai. Dan pastinya tidak lupa dari hidangan instan.


b.  Keterampilan memasak
Membicarakan keterampilan mengingatkan saya akan pesan dari orang tua jawa yaitu, mencari pasangan dilihat dari Bibit, Bebet dan Bobotnya. Ini dia hal yang penting dan harus diperhatikan sampai sekarang. Ternyata makna pesan orang tua itu agaknya kurang berlaku di zaman modern ini. Asalkan tiap pasangan sudah memiliki penghasilan atau pekerjaan yang cukup, keterampilan memasak bukan hal yang dipersulit. Hah, mau sampai kapan hal ini didiamkan? Semakin lama ini dicampakkan maka semakin lama pula makanan penggoda nan jahat itu tersebar luas di seluruh tubuh. Perlahan namun pasti akan membunuh generasi muda berikutnya.
Jika seorang gadis belia belasan tahun ditanya, bisakah kamu memasak? Kemudian jawabannya tidak bisa maka hal itu sudah menjadi tolakkan dan amarah yang cukup penting dari orang tua terdahulu. Dan tentunya menjadi PR bagi si gadis tersebut untuk bekerja keras bagaimana caranya memasak. Mulai dari membeli, mengolah suatu bahan mentah menjadi bahan matang yang indah, lezat dan sehat untuk dihidangkan. Namun jika pertanyaan tersebut diulang di zaman sekarang maka reaksi dari gadis-gadis adalah mudah saja, ada banyak restoran yang siap saji, bahkan banyak yang menawarkan program delivery. Harganyapun relative tidak terlalu mahal.

c.   Keadaan dan Kebiasaan
Karena tercemarnya nafsu yang berlebihan ini membuat keadaan para manusia untuk menentukan cara instan. Jelas itu menjadi kebiasaan bagi banyak orang dan kebiasaan itu adalah hal buruk. Boleh kita makan diluar bersama teman, keluarga, rekan kerja, bisnis dan lain-lain. Tapi tidak sering apalagi hampir setiap hari. Dilihat dan diingat lagi selain dampak untuk kesehatan, kita juga harus berfikir banyak orang yang belum tentu dalam sehari bisa makan. Setidaknya dari pada menggunakan uang untuk makan diluar akan lebih baik jika memerikan sebagian rezeki kepada orang yang membutuhkan. (^___^)

      Cintailah tubuh dan cintailah produk dalam negeri. Terlihat banyaknya makanan instan akibat perkembangan dari Negara Luar, semakin banyak model dan cita rasa harus benar-benar dipertimbangkan kesehatannya. Belajar memilah-milih bahan makanan mentah berkualitas dan cara memasak serta menghidangkan agar terlihat menarik namun sehat sangat perlu. Tidak ada kata terlambat untuk berusaha menuju hal yang baik. Bisa saja kita mencontoh gaya atau model dari makanan oke tetapi tidak menggunakan bahan-bahan yang membahayakan tubuh, melainkan menggantinya dengan bumbu sehat hasil racikan tangan sendiri. Itu akan menjadi resep terbaik.
      Tulisan ini tidak bermaksud untuk melarang pembaca agar tidak memakan makanan di beberapa restoran, namun lebih mengingatkan dampak buruknya. Memang tidak langsung dirasakan efeknya, akan tetapi waspada itu hukumnya wajib. Jangan sampai kita menyesal atas perlakuan yang tidak bertanggung jawab. Yang hanya mementingkan keuntungan tetapi tidak mementingkan efek buruknya. Jika dijabarkan secara detail organ tubuh apa saja yang dapat terganggu, bisa difikir secara logika. Contoh, jika memakan ayam siap saji. Dalam promosi dikatakan ayam itu diolah dengan higienis dan dibuat dengan bahan berkualitas. Apakah benar demikian? Sebuah restoran memiliki alat atau mesin yang digunakan untuk mengolah beberapa bahan mentah sekaligus. Namanya saja sudah instan, dalam proses pembersihan mungkin instan. Penaburan bumbu, diperhatikan lagi apa saja yang dicampur menjadi satu dalam bumbu? Bahan pengawet sudah pasti.
      Akan tetapi dari semua yang buruk ada pula pengolah makanan siap saji yang betul-betul memperhatikan kehigenisan produksinya. Itu semua tinggal kita sebagai konsumen untuk pintar-pintar dalam memilih. Namun sekali lagi jika lebih aman adalah memasak sendiri semua hidangan. Jika tidak tahu cara memasak bisa bertanya dengan orang tua, buku atau majalah dan bisa juga browsing di internet. Maka dari itu jangan segan-segan untuk memberikan bahan makanan 4 sehat 5 sempurna pada keluarga atau orang-orang tersayang kita.
Semoga keluarga Indonesia adalah keluarga yang sehat yang terhindar dari jajahan orang-orang jahat melalui makanan. Dan bisa menghasilkan generasi muda yang berprestasi dan jauh lebih baik. Amin (^____^)

Sumber : http://www.google.co.id/ (gambar)