Minggu, 27 Oktober 2013

KALIMAT EFEKTIF



A.   Pengertian dan Tujuan Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah suatu kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur atau penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca. Bisa juga dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil dengan wujud lisat ataupun tulisan yang memiliki subjek dan predikat. Menurut blog Reza Prasetyo dalam Wiyanto (2004:48) kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaika pesan (informasi) secara singkat, lengkap dan mudah diterima oleh pendengarnya. Yang dimaksud singkat adalah hemat dalam penggunaan kata-kata. Hanya kata-kata yang diperlukan untuk digunakan. Sebaliknya, kata-kata yang mubadzir berarti pemborosan. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsi kalimat efektif yang hemat.
Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap. Pada kalimat efektif ini terdapat syarat-syarat yang harus diketahui.

Tujuan :
-      - Mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
     - Menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis.

B.   Ciri-ciri Kalimat Efektif

1.     Koherensi
Hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata tersebut. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah itu sendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan namun ada pula yang renggang sehingga boleh dipisahkan dan ditempatkan dimana saja, asalkan disisipkan diantara kata-kata atau kelompok kata yang sesuai dengan hubungannya.

Hal-hal yang merusak koherensi :
Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
Kesalahan menggunakan kata-kata depan, penghubung dan lain-lain.
Merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih atau mengandung kontradiksi.
            -  Menempatkan keterangan aspek, seperti : sudah, telah, akan, belum pada kata kerja

     Contoh kalimat :
-                Sudah ida sapu lantai hingga bersih.
-                Ida sudah menyapu lantai hingga bersih.
-                Anak yang paling tua memukul adiknya kemarin sore, dengan sekuat tenaga.

2.     Kesatuan
Kesatuan yang dimaksud adalah kalimat yang harus memiliki unsur subjektif dan predikat. Namun bisa pula ditambhakn dengan objek, keterangan dan pelengkap. Hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dari penulis dapat tersalurkan dengan baik. Dalam hal ini terdapat ciri-ciri kesatuan, yaitu :

            a.       Subjek dan Predikat
Subjek disini merupakan inti atau pokokpembicaraan. Sedangkan predikat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu. Predikat seperti di, kepada, untuk dan yang ada sebelum subjek dan predikat tidak dapat diakatakan sama kedudukannya dengan subjek atau predikat. Karena fungsinya menjadi tidak jelas sehingga tidak bisa dikatakan sebagai kalimat yang padu.
Contoh :
-                  Mahasiswa diharapkan mendaftar di loket BAAK.
-                  Koper untuk ke luar negeri dijual oleh kakak.

            b.      Konjungsi Intra kalimat dan antar kalimat
Konjungsi intra kalimat yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuag frase atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat.
Contoh :
-                  Uyo sudah tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak mempercayainya lagi.
-                  Jika semua pekerjaan berjalan sesuai rencana, proyek ini akan berhasil dengan baik.

            c.       Gagasan pokok
Diletakkan pada bagian depan kalimat. Apabila ingin menggabungkan dua kalimat maka harus ditentukan mana yang mengandung gagasan pokok yang menjadi induk kalimat.

            d.      Penggabungan dengan “yang”, “dan”.
Dua kalimat digabungkan dengan partikel “dan” maka hasil kalimatnya majemuk setara. Akan tetapi jika dua kalimat digabungkan dengan partikel “yang” maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Dimana akan terdapat anak dan induk kalimat.

            e.       Penggabungan dengan “sebab” dan “waktu”.
Sebab dinyatakan dengan menggunakan kata “karena, sedangkan waktu dinyatakan dengan menggunakan kata “ketika”. Hal yang perlu diperhatikan adalah pilihan hubungan waktu dan sebab harus benar-benar sesuai dengan konteks kalimat.

            f.       Hubungan artikel dan hubungan tujuan.
Kata “sehingga” untuk hubungan akibat dan “agar” untuk hubungan tujuan.
Contoh :
Semua peraturan telah ditentukan, sehingga kami tidak bisa melangggarnya.

3.     Kehematan
Kehematan terhadap pemakaian kata, frase atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu namun tidak juga menyalahi kaidah-kaidah. Hal ini menyangkut tentang gramatikal dan makna kata. Kehematan memiliki unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan, antara lain :
            a.      Menghindari pemakaian superordinate pada hiponim kata, contoh :
            Ia memaka celana warna hijau (salah)
            Ia memaka celana hijau. (benar)
            b.     Pengurangan subjek kalimat, contoh :
            Karena Dimas tidak diundang Dimas tidak datang ke tempat itu. (salah)
            Karena tidak diundang, Dimas tidak datang ke tempat itu. (benar)
            Penonton bertepuk tangan setelah mereka mengetahui idolanya naik ke atas panggung. (salah)
           Penonton bertepuk tangan setelah mereka mengetahui bahwa idolanya naik ke atas panggung. (benar)
            c.      Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat, contoh :
            Sejak dari tadi sore ia masih disana. (salah)
            Sejak sore ia masih disana. (benar)
           d.      Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak, contoh :
            Banyak orang-orang. (salah)
            Banyak orang. (benar)

4.     Keparalelan
Kesamaan benuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Bila dalam kalimat menggunakan bentuk nomina itu artinya menggunakan nomina seterusnya. Parallel atau sejajar terdapat kesamaan kata atau imbuhan yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh :
Fakhrizal Akbar menolong dia dengan memapahnya hingga ke pinggir jalan. (efektif)
Fakhrizal Akbar menolong dia dengan dipapahnya hingga ke pinggir jalan. (tidak efektif)

5.     Penekanan atau Penegasan
Kalimat yang terpenting harus diberi penekanan dengan cara mengubah posisi dalam kalimat. Atau bisa diakatakan sebagai penonjolan pada ide pokok kalimat atau gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh penulis atau pembicara. Proses penyamapaiannya biasa dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara dan lain sebagainya. Ada beberapa cara membentuk penekanan, antara lain :
            a.       Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat, contoh :
             Jokowi mengharapkan agar masyarakat DKI membangun kota dengan sebaik-baiknya.
            b.      Membuat urutan kata yang bertahap, contoh :
    • Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
    • Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
          c.      Melakukan pengulangan kata
          Aku suka dengan kelembutan mereka, aku suka akan kecantikan mereka.
          d.      Melakukan pertentangan ide yang ditonjolkan
          Toni tidak malas dan bodoh, tetapi rajin dan pintar.
         e.        Mempergunakan partikel penekanan
          Merekalah yang bertanggung jawab.

6.     Kevariasian 
    Menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, maka diperlukan variasi atau perpaduan dalam teks. Contoh :
            a.       Subjek di awal kalimat
             Bahan biologis menghasilkan medan magnetic dengan tiga cara.
            b.      Predikat di awal kalimat
            Turun perlahan-lahn kami dari kapal itu.
            c.       Keterangan di awal kalimat
            Sering kami berjalan bersama.
            d.      Panjang – pendek kalimat
            e.      Kalimat aktif – pasif
            f.       Kalimat langsung – tidak langsung

7.     Logis atau Nalar
Kalimat yang memperhatikan logika yang baik. Logika atau penalaran merupakan proses berpikir yang baik. Contoh :
Pengunjung anjungan Jawa Tengah – TMII hampir mencapai seribu orang lebih. (salah)
Pengunjung anjungan Jawa Tengah – TMII hampir mencapai seribu orang. (benar)

C.   Unsur-unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat efektif merupakan fugsi sintaks, pada buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut sebagai peran kata dalam kalmia, diantaranya subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) & keterangan (Ket).

1.     Subjek (S)
Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok atau benda yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Biasanya diisi olej jenis kata/frasa benda (nominal), klausa atau frasa verbal. Contoh :
            a.       Wachit sedang melukis
            b.      Berlari di pagi hari menyehatkan badan
            c.       Membangun jalan layang menjadi alternatif.

2.     Predikat (P)
Bagian kalimat yang memberitahu untuk melakukan tindakan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek tersebut. Namun, predikat dapat pula menyatakan sifat, status, ciri, situasi atau jati diri si subjek (S). Predikat dapat berupa frasa atau kata, namun sebagian besar berkelas verba atau adjektiva. Tetapi dapat juga numeralia, nomina atau frasa nominal. Contoh :
            a.       Ibu sedang tidur siang.
            b.      Ikanku belang lima.
            c.       Yudis mahasiswa baru.

3.    Objek (O)
Bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nomina atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat yang merupakan verba transitif. Verba transitif yaitu verba yang menuntut wajib akan hadirnya objek. Contoh :
            a.       Guntur Aji Nur Seto menipu teman saya.
            b.      Timnas Garuda U-19 mengalahkan timnas KorSel.
            c.       Wachit seorang arsitek sedang merandang istana keratin.

4.     Pelengkap (Pel)
Bagian kalimat yang melengkapi predikat. Posisi pelengkap pada umumnya dibelakang predikat yang berupa verba. Jenis kata yang diisi oleh objek dan pelengkap juga sama, yaitu terdapat nomina, frasa nominal, atau klausa. Akan tetapi antara pelengkap dengan objek terdapat perbedaan. Contoh :
            a.       Sekretaris itu mengambilkan atasannyaa air minum.
            b.      Biyan Barlian mendongengkan anaknya Cerita Sangkuriang.
            c.       Suamiku membelikan aku rumah minimalis.

5.     Keterangan (Ket)
Bagian kalimat yang menjelaskan tentang berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Posisinya bersifat bebas, karena bisa di awal, di tengah atau di akhir kalimat. Pengisinya terdapat frasa nominal. Frasa preposisional, adverb atau klausa. Contoh :
            a.       Adikku mengerjakan tugas-tugasnya di kamar.
            b.      Ayah menjemput Ibu sepulang kantor.
            c.       Pacarku datang untuk melamar bersama orang tuanya.

D.   Syarat-syarat Kalimat Efektif
Secara tepat dapat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya dan da[at mengemukakan pemahaman yang sama, tepatnya antara pikirann pendengan (pembaca) dengan pembicara (penulisnya).

     1.     Gramatikal
Suatu kalimat harus memenuhi kegramatikalan atau kebenaran dalam penyusunan untuk mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan.kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku tata bahasa. Contoh :
Surat itu sudah saya tanda tangani. (salah)
Surat itu telah saya tanda tangani. (benar)

     2.     Logis
Suatu informasi dapat diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dijelaskan dalam kalimat. Contoh :
Kuda memanjat pohon. (salah)
Tidak masuk akal apabila kuda memanjat pohon. (benar)

     3.    Efisien
Suatu kalimat yang isinya tidak terlalu padat. Karena kalimat hanya menggunakan kata sehemat mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Apabila menggunakan banyak kata maka akan sama saja dengan pemborosan kata, sehingga menjadikan kalimat berbelit-belit dan sulit untuk dimengerti.

E.   Struktur Kalimat Efektif
Kalimat efektif selalu memiliki struktur dan bentuk yang jelas. Karena setiap unsur yang terdapat di dalamnya harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lainnya. Tidak boleh menyimpang bahkan bertentangan. Apabila terjadi pertentangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Contoh kalimat Dia memancing ikan untuk dimasak, bila dikatakan :
Untuk dimasak memancing ikan dia.
Ikan dia memancing untuk dimasak.
Memancing dia ikan untuk dimasak.
Dimasak dia untuk memancing ikan.
Dia dimasak untuk memancing ikan.
Untuk dimasak ikan dia memancing.
Kata yang digunakan dalam kalimat itu semua sama. Namun terdapat kesalahan, karena kata-kata yang ada pada kalimat itu tidak jelas funginya. Hubungan atau makna dari kata yang satu dengan lainnya tidak jelas. Maka terjadi penyimpangan kebiasaan struktural pemakaian pada umumnya. Agar tidak terjadi, maka si pemakai bahasa harus selalu mentaati hukum yang sudah ada.

Sumber :