A.
Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah suatu bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri
dan menyatakan makna yang lengkap. Atau dengan kata lain kalimat bisa dikatakan
sebagai satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai
satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Dalam wujud wacana, kalimat
diucapkan dengan suara naik turun dan keras, lembut, terdapat sela jeda dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan
huruf berkapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda
seru (!).
B.
Unsur-unsur Kalimat
1. Subjek,
yaitu pelaku dari suatu tindakan dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
-
Disertai kata itu
-
Dapat berupa nomina, verba atau
adjektiva
-
Didahului kata bahwa
-
Mempunyai kata keterangan pewatas Yang
-
Tidak didahului preposisi
2. Predikat,
yaitu kata untuk menuju suatu tindakan oleh subjek, ciri-cirinya sebagai
berikut:
-
Jawaban atas pertanyaan mengapa dan
bagaimana
-
Kata adalah dan ialah dapat berupa
predikat
-
Dapat diingkarkan (didahului kata tidak,
bukan, atau merupakan)
-
Dapat disertai kata-kata aspek atau
modalitas (seperti sedang, sudah, ingin, mau)
-
Dapat berupa kata verba, adjectiva,
nominal, frasa atau bilangan.
3. Objek,
yaitu sasaran. Dimana bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif.
-
Langsung di belakang predikat
-
Dapat menjadi subjek jika kalimat pasif
-
Tidak didahului preposisi
-
Didahului kata bahwa
4. Pelengkap,
yaitu menjadi tanda bahwa objek akan menjadi subjek bila objek dan pelengkap
dalam kalimat aktif.
-
Di belakang predikat
-
Tidak didahului preposisi
C.
Pola Kalimat Dasar
Kalimat yang kita
gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang
sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal
dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang
berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan.
Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat
dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
1.
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini
memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat
berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
Mereka / sedang memasak.
S
P
(kata kerja)
Ayahku / seorang PNS.
S
P
(kata benda)
Gambar itu / bagus.
S
P
(kata sifat)
Peserta PPSPPT / dua
ribu lima ratus orang.
S
P
(kata bilangan)
2. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / puzzle.
S
P
O
3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Pamannya / beternak / sapi.
S
P
Pel.
4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek,
dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Ibu / mengirimi / saya / uang.
S
P
O
Pel.
5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dini / berasal / dari Sukabumi.
S P
K
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek,
dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi.
Misalnya:
Mereka / memasukkan / racun / ke dalam lubang
tikus.
S
P
O
K
7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat,
pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :
Eros Sheila on 7 / bermain / musik / di atas
panggung.
S
P
Pel.
K
8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Dia
/ mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S
P
O
Pel. K
D.
Macam-macam Kalimat berdasarkan Gramatikal
1. Kalimat
Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari dari dua
unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan,
asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru. Kalimat tunggal
berupa : kalimat inti, kalimat luas, kalimat verbal, kalimat nominal dan
kalimat tidak lengkap.
Contoh :
-
Wachit menggambar (kalimat
inti)
-
Wachit menggambar bunga mawar (kalimat luas)
-
Wachit menggambar bunga lima tangkai (kalimat nominal)
2. Kalimat
Majemuk
Kalimat yang terdiri dari dua klausa
atau lebih. Minimal satu klausa yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat majemuk
terbagi menjadi :
a. Kalimat
Majemuk Setara : pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, karena
tidak ada yang menduduki fungsi yang lebih tinggi.
Contoh : Guntur mengambil kursi kemudian
duduk diatasnya.
b. Kalimat
Majemuk Campuran : gabungan kalimat setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : Kami pulang, tetapi mereka
masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
c. Kalimat
Majemuk Bertingkat : terdiri dari induk dan anak kalimat, dimana anak aklimat
berfungsi sebagai perluasan dari induk kalimat.
Contoh : ketika aku menonton tv, Ayah
datang.
d. Kalimat
Majemuk Rapatan : gabungan beberapa kalimat tunggal karena subjek dan
predikatnya sama, sehingga bagian yang sama tersebut hanya disebut satu kali.
Contoh :
Ayan sedang membaca koran
Ayan sedang meminum secangkir kopi
Ayah sedang duduk di teras depan
Jadi, Ayah sedang membaca Koran, meminum secangkir
kopi dan duduk di teras depan.
E.
Macam-macam Kalimat berdasarkan Retorika
1. Kalimat
yang Melepas
Kalimat yang disusun dengan mengawali
induk kalimat kemudian diikuti oleh unsur tambahan seperti anak kalimat. Anak kalimat
disini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun tidak
diucapkan, kalimat tersebut tetap bermakna lengkap.
Contoh : Saya akan dibelikan mobil oleh
Ayah jika mendapat IPK tertinggi.
2. Kalimat
yang Klimaks
Kalimat ini berkebalikan dengan kalimat
yang melepas. Karena susunan kalimat ini diawalai dengan anak kalimat baru
kemudian disusul oleh induk kalimat.
Contoh : Karena sulit mengendarai mobil, saya datang terlambat ke
kampus.
3. Kalimat
yang Berimbang
Kalimat yang disusun dengan majemuk
setara atau majemuk campuran. Karena susunan ini memperlihatkan kesejajaran dan
dituangkan dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Contoh : jika stabilitas nasional baik, masyarakat
dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan khusyuk.
F. Macam-macam
Kalimat berdasarkan Fungsinya
Jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis
kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa
lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu
jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam
tanda baca.
1.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik).
Contoh :
Positif : Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke
luar negeri.
Negatif :
Dalam kunjungan tersebut tidak mendapat respon yang baik.
2. Pertanyaan (Interogatif)
Dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan
kapan.
Contoh :
Positif :
Kapan dirimu akan kembali?
Negatif :
Mengapa dirimu tak
pernah kembali?
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang
berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda
seru).
Contoh :
Positif :
Maukah kamu berkunjung kerumahku malam ini?
Negatif :
Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang ini semua.
4. Kalimat Seruan
Dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau
yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Contoh :
Positif :
Nah, ini dia yang kami
tunggu.
Negatif : Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
Sumber :
1 komentar:
Thank for your information.. i like this site Please come to my site Thank you very much
Posting Komentar