Sabtu, 19 Oktober 2013

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA



A.   Pengertian Kalimat
Kalimat adalah suatu bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Atau dengan kata lain kalimat bisa dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Karena itu, kalimat dapat dilihat sebagai satuan dasar dalam suatu wacana atau tulisan. Dalam wujud wacana, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras, lembut, terdapat sela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf berkapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).


         B.   Unsur-unsur Kalimat
1.      Subjek, yaitu pelaku dari suatu tindakan dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-          Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
-          Disertai kata itu
-          Dapat berupa nomina, verba atau adjektiva
-          Didahului kata bahwa
-          Mempunyai kata keterangan pewatas Yang
-          Tidak didahului preposisi 
2.      Predikat, yaitu kata untuk menuju suatu tindakan oleh subjek, ciri-cirinya sebagai berikut:
-          Jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana
-          Kata adalah dan ialah dapat berupa predikat
-          Dapat diingkarkan (didahului kata tidak, bukan, atau merupakan)
-          Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas (seperti sedang, sudah, ingin, mau)
-          Dapat berupa kata verba, adjectiva, nominal, frasa atau bilangan. 
3.      Objek, yaitu sasaran. Dimana bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif.
-          Langsung di belakang predikat
-          Dapat menjadi subjek jika kalimat pasif
-          Tidak didahului preposisi
-          Didahului kata bahwa 
4.  Pelengkap, yaitu menjadi tanda bahwa objek akan menjadi subjek bila objek dan pelengkap dalam kalimat aktif.
-          Di belakang predikat
-          Tidak didahului preposisi


C.   Pola Kalimat Dasar
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
1.      Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
Mereka / sedang memasak.
    S                    P (kata kerja)
Ayahku / seorang PNS.
     S                 P (kata benda)
Gambar itu / bagus.
      S                P (kata sifat)
Peserta PPSPPT / dua ribu lima ratus orang.
S                                  P (kata bilangan)

2.      Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / puzzle.
S                   P                             O

3.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Pamannya / beternak / sapi.
       S               P          Pel.

4.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Ibu / mengirimi / saya / uang.
 S           P             O       Pel.

5.      Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dini / berasal / dari Sukabumi.
  S           P                   K

6.      Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Mereka / memasukkan / racun / ke dalam lubang tikus.
     S              P                  O                   K

7.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya :
Eros Sheila on 7 / bermain / musik / di atas panggung.
S                      P          Pel.              K

8.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
                    S           P              O         Pel.           K


          D.   Macam-macam Kalimat berdasarkan Gramatikal
1.      Kalimat Tunggal
Kalimat yang hanya terdiri dari dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru. Kalimat tunggal berupa : kalimat inti, kalimat luas, kalimat verbal, kalimat nominal dan kalimat tidak lengkap.
Contoh :
-          Wachit menggambar                                       (kalimat inti)
-          Wachit menggambar bunga mawar                 (kalimat luas)
-          Wachit menggambar bunga lima tangkai        (kalimat nominal)

2.      Kalimat Majemuk
Kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Minimal satu klausa yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat majemuk terbagi menjadi :
a.   Kalimat Majemuk Setara : pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat, karena tidak ada yang menduduki fungsi yang lebih tinggi.
Contoh : Guntur mengambil kursi kemudian duduk diatasnya.
b. Kalimat Majemuk Campuran : gabungan kalimat setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh : Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
c.   Kalimat Majemuk Bertingkat : terdiri dari induk dan anak kalimat, dimana anak    aklimat berfungsi sebagai perluasan dari induk kalimat.
Contoh : ketika aku menonton tv, Ayah datang.
d.   Kalimat Majemuk Rapatan : gabungan beberapa kalimat tunggal karena subjek dan predikatnya sama, sehingga bagian yang sama tersebut hanya disebut satu kali.
Contoh :
Ayan sedang membaca koran
Ayan sedang meminum secangkir kopi
Ayah sedang duduk di teras depan
Jadi, Ayah sedang membaca Koran, meminum secangkir kopi dan duduk di teras depan.

          E.   Macam-macam Kalimat berdasarkan Retorika
1.      Kalimat yang Melepas
Kalimat yang disusun dengan mengawali induk kalimat kemudian diikuti oleh unsur tambahan seperti anak kalimat. Anak kalimat disini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun tidak diucapkan, kalimat tersebut tetap bermakna lengkap.
Contoh : Saya akan dibelikan mobil oleh Ayah jika mendapat IPK tertinggi.

2.      Kalimat yang Klimaks
Kalimat ini berkebalikan dengan kalimat yang melepas. Karena susunan kalimat ini diawalai dengan anak kalimat baru kemudian disusul oleh induk kalimat.
Contoh : Karena sulit  mengendarai mobil, saya datang terlambat ke kampus.

3.      Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang disusun dengan majemuk setara atau majemuk campuran. Karena susunan ini memperlihatkan kesejajaran dan dituangkan dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Contoh : jika stabilitas nasional baik, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan khusyuk.

          F.    Macam-macam Kalimat berdasarkan Fungsinya
              
Jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.

1.      Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).
Contoh :
Positif        : Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
Negatif      : Dalam kunjungan tersebut tidak mendapat respon yang baik.

2.      Pertanyaan (Interogatif)
Dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Contoh :
Positif        : Kapan dirimu akan kembali?
Negatif      : Mengapa dirimu tak pernah kembali?

3.      Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Contoh :
Positif        : Maukah kamu berkunjung kerumahku malam ini?
Negatif      : Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang ini semua.

4.      Kalimat Seruan
Dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Contoh :
Positif        : Nah, ini dia yang kami tunggu.
Negatif      : Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

Sumber :  

1 komentar:

Ade Kurniawan mengatakan...

Thank for your information.. i like this site Please come to my site Thank you very much