Banyak
sekali jenis-jenis makanan instan yang beredar di Indonesia bahkan di seluruh
dunia. Jika kita melihat atau mengingat-ingat zaman dahulu dimana para orang
tua memasak makanan dengan beberapa bumbu yang harus diracik dari awal. Baru
kemudian memasukkan ke dalam panci atau alat masak yang hendak dipakai. Tapi
tidak untuk saat ini, hanya dengan membeli sebungkus racikan bumbu instan yang
sudah bisa langsung digunakan tanpa memilah-milih bumbu, menyiangi atau
mengaduk bumbu-bumbu tersebut. Bumbu yang instan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam alat masak yang sudah disiapkan. Tunggu beberapa menit untuk
menghidangkannya dengan lezat.
Atau ada kasus lain lagi yang lebih instan. Yaitu
membeli makanan di restoran. Baik dari yang mahal hingga yang murah, semua itu
dianggap wajar dan sah bagi semua kalangan. Bahkan sekitar awal tahun 2011
terlihat beberapa resto yang mulai berdiri membuka cabang dan lain-lain di
beberapa daerah di Indonesia. Sebenarnya hal itu baik, karena membuka sebuah
restoran adalah bentuk usaha, bisnis dan membuka lapangan pekerjaan. Akan
tetapi jika melihat sisi buruknya akan terlihat sangat mengecewakan.
Makanan instan adalah makanan lezat yang
menggoda. Keuntungan pada makanan instan, yaitu ;
1. Cepat
saji.
2. Mudah
dicari, didapat dan dikonsumsi.
3. Letak
yang strategis dikalangan masyarakat.
4. Harga
dan bentuk yang bervariasi, mulai dari yang termurah hingga termahal.
5. Tidak
pernah ada bosannya untuk menikmati ciptaan makanan yang jauh lebih instan.
Semua
mata dikelabuhi oleh makanan instan. Mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek
pun turut sebagai konsumen makanan instan. Sebenarnya bukan hanya makanan
instan saja melainkan semua produk-produk instan bisa membahayakan nyawa
manusia.
Dibalik
keuntungan terdapat kerugian dari makanan instan, yaitu ;
1. Mengganggu
kesehatan bagi tubuh, khususnya bagi tubuh yang sedang mengalami proses pertumbuhan.
2. Ketergantungan
produk-produk instan.
3. Menjadikan
diri malas atau tidak aktif.
4. Sempitnya
dalam menciptakan kreatifitas makanan sehat.
5. Efek
dalam jangka panjang bagi tubuh yang mengkonsumsi makanan dan terdapat kandungan pengawet atau bahan
kimia yang berlebihan.
6. Dan
lain-lain.
Jika ditelaah satu per satu sebenarnya semua
kalangan telah mengetahui efek buruk dari makanan instan akan tetapi semua itu
dijadikan satu alasan “terdesak”. Terdesak karena apa?
a. Waktu
Jika orang
tua sibuk secara otomatis anak-anak akan mengambil jalan yang singkat.
Diberikan uang oleh orangtunya kemudian digunakan untuk membeli makanan di
luar. Bagi anak-anak beranjak remaja hingga dewasa pasti memilih makan instan
di beberapa restoran. Baik restoran biasa hingga yang memilki nama. Bagi
anak-anak yang dibawah umur biasanya masih dibekali makanan dari rumah. Tapi
dilihat lagi, makanan yang dibawa dari rumah biasanya hanya berupa roti atau
mie instan kemasan atau sejenisnya. Bukankah masa pertumbuhan wajib
mengkonsumsi makanan yang bergizi? Maka bekalilah dengan 4 sehat 5 sempurna.
Paling tidak biasakan anak untuk memakan sayuran.
Kemudian waktu bagi orang
dewasa, ini dia yang sangat disulitkan. Padatnya Ibu Kota biasanya mempengaruhi
waktu kerja para tenaga manusia. Waktu makan hanya ada di jam siang. Itupun
relative dari semua perusahaan, ada yang memberikan waktu yang agak panjang ada
juga yang memberikan waktu sangat singkat. kemudian pulang kerja sekitar pukul
16.00-19.00 itu adalah jam-jamnya macet. Ketika beberapa kelompok berniat untuk
pulang ke rumah namun melihat keadaan jalanan yang sangat menjengkelkan (macet)
maka tidak sedikit yang mengurungkan niat untuk pulang. Dan akhirnya memutuskan
untuk menunggu atau berkumpul di café, mini resto, atau tempat-tempat yang bisa
dijadikan sebagai tempat santai. Dan pastinya tidak lupa dari hidangan instan.
b. Keterampilan
memasak
Membicarakan
keterampilan mengingatkan saya akan pesan dari orang tua jawa yaitu, mencari
pasangan dilihat dari Bibit, Bebet dan Bobotnya. Ini dia hal yang penting dan
harus diperhatikan sampai sekarang. Ternyata makna pesan orang tua itu agaknya
kurang berlaku di zaman modern ini. Asalkan tiap pasangan sudah memiliki
penghasilan atau pekerjaan yang cukup, keterampilan memasak bukan hal yang
dipersulit. Hah, mau sampai kapan hal ini didiamkan? Semakin lama ini
dicampakkan maka semakin lama pula makanan penggoda nan jahat itu tersebar luas
di seluruh tubuh. Perlahan namun pasti akan membunuh generasi muda berikutnya.
Jika seorang gadis belia
belasan tahun ditanya, bisakah kamu memasak? Kemudian jawabannya tidak bisa
maka hal itu sudah menjadi tolakkan dan amarah yang cukup penting dari orang
tua terdahulu. Dan tentunya menjadi PR bagi si gadis tersebut untuk bekerja
keras bagaimana caranya memasak. Mulai dari membeli, mengolah suatu bahan
mentah menjadi bahan matang yang indah, lezat dan sehat untuk dihidangkan.
Namun jika pertanyaan tersebut diulang di zaman sekarang maka reaksi dari
gadis-gadis adalah mudah saja, ada banyak restoran yang siap saji, bahkan
banyak yang menawarkan program delivery. Harganyapun relative tidak terlalu
mahal.
c. Keadaan
dan Kebiasaan
Karena tercemarnya nafsu
yang berlebihan ini membuat keadaan para manusia untuk menentukan cara instan.
Jelas itu menjadi kebiasaan bagi banyak orang dan kebiasaan itu adalah hal
buruk. Boleh kita makan diluar bersama teman, keluarga, rekan kerja, bisnis dan
lain-lain. Tapi tidak sering apalagi hampir setiap hari. Dilihat dan diingat
lagi selain dampak untuk kesehatan, kita juga harus berfikir banyak orang yang
belum tentu dalam sehari bisa makan. Setidaknya dari pada menggunakan uang
untuk makan diluar akan lebih baik jika memerikan sebagian rezeki kepada orang
yang membutuhkan. (^___^)
Cintailah tubuh dan cintailah produk dalam
negeri. Terlihat banyaknya makanan instan akibat perkembangan dari Negara Luar,
semakin banyak model dan cita rasa harus benar-benar dipertimbangkan
kesehatannya. Belajar memilah-milih bahan makanan mentah berkualitas dan cara
memasak serta menghidangkan agar terlihat menarik namun sehat sangat perlu.
Tidak ada kata terlambat untuk berusaha menuju hal yang baik. Bisa saja kita
mencontoh gaya atau model dari makanan oke tetapi tidak menggunakan bahan-bahan
yang membahayakan tubuh, melainkan menggantinya dengan bumbu sehat hasil racikan
tangan sendiri. Itu akan menjadi resep terbaik.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk melarang
pembaca agar tidak memakan makanan di beberapa restoran, namun lebih
mengingatkan dampak buruknya. Memang tidak langsung dirasakan efeknya, akan
tetapi waspada itu hukumnya wajib. Jangan sampai kita menyesal atas perlakuan
yang tidak bertanggung jawab. Yang hanya mementingkan keuntungan tetapi tidak
mementingkan efek buruknya. Jika dijabarkan secara detail organ tubuh apa saja
yang dapat terganggu, bisa difikir secara logika. Contoh, jika memakan ayam
siap saji. Dalam promosi dikatakan ayam itu diolah dengan higienis dan dibuat
dengan bahan berkualitas. Apakah benar demikian? Sebuah restoran memiliki alat
atau mesin yang digunakan untuk mengolah beberapa bahan mentah sekaligus.
Namanya saja sudah instan, dalam proses pembersihan mungkin instan. Penaburan
bumbu, diperhatikan lagi apa saja yang dicampur menjadi satu dalam bumbu? Bahan
pengawet sudah pasti.
Akan tetapi dari semua yang buruk ada pula
pengolah makanan siap saji yang betul-betul memperhatikan kehigenisan
produksinya. Itu semua tinggal kita sebagai konsumen untuk pintar-pintar dalam
memilih. Namun sekali lagi jika lebih aman adalah memasak sendiri semua
hidangan. Jika tidak tahu cara memasak bisa bertanya dengan orang tua, buku
atau majalah dan bisa juga browsing di internet. Maka dari itu jangan
segan-segan untuk memberikan bahan makanan 4 sehat 5 sempurna pada keluarga
atau orang-orang tersayang kita.
Semoga keluarga Indonesia adalah keluarga yang
sehat yang terhindar dari jajahan orang-orang jahat melalui makanan. Dan bisa
menghasilkan generasi muda yang berprestasi dan jauh lebih baik. Amin (^____^)