Senin, 17 Desember 2012

SEKILAS PENDIDIKAN di INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

      Membicarakan tentang pendidikan rasanya Indonesia masih jauh dengan negara-negara tetangga lainnya. Negara lain sudah memiliki nilai standard untuk seluruh jenjang dan seluruh pelosok di negeri tersebut. Namun belum untuk tanah air ini. Mengapa? kita tahu Indonesia memiliki banyak pulau, suku, budaya, bahasa yang beragam. Untuk meratakan standarisasi nilai di seluruh pelosok tanah air masih sangat sulit dan kesulitan itu jelas ada penyebabnya. Jika ditinjau kesulitan itu akibat masyarakatnya sendiri rasanya belum adil.
Kesadaran akan pendidikan harus diutamakan, karena ilmu adalah jendela dunia. Mengingat zaman sekarang adalah zaman yang segala sesuatunya instan, berbau teknologi dan banyaknya pesaing-pesaing dunia yang masih muda. Indonesia tercatat sebagai Negara berkembang yang memiliki banyak penduduk khususnya para generasi muda. Jika ini menjdai perhatian utama, bukan tidak mungkin wajah Indonesia dapat berubah 180° menjadi lebih baik. 

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah & Pengertian Pendidikan di Indonesia
1.  Sejarah Pendidikan
Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk Hindia-Belanda (cikal bakal Indonesia), meskipun terbatas bagi kalangan tertentu yang terbatas. Sistem yang mereka perkenalkan secara kasar sama saja dengan struktur yang ada sekarang, dengan tingkatan sebagai berikut :
·         Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar orang Eropa
·         Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar bagi pribumi
·         Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama
·         Algemeene Middelbare School (AMS), sekolah menengah atas
Sejak tahun 1930-an, Belanda memperkenalkan pendidikan formal terbatas bagi hampir semua provinsi di Hindia Belanda.


2.  Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:232, pendidikan berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

B.  Jalur, Tingkat Dan Jenis Pendidikan
1.  Jalur Pendidikan
Wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Antara lain ;
·                Pendidikan formal, yang bersifat resmi dari pemerintah atau dari sekolah. Mulai dari sekolah dasar, menengah pertama menengah atas hingga perkuliahan.
·                  Pendidikan nonformal, biasanya terdapat pada usia dini, contoh ; TPA atau Taman Pendidikan Al Quran yang terdapat di setiap mesjid. Sekolah Minggu yang terdapat di semua gereja. Selain itu, ada juga kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
·        Pendidikan informal, jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

2.  Tingkat Pendidikan
Di seluruh dunia dalam bidang pendidikan pasti memiliki tingkatan. Karena dengan tingkat tersebut dapat mengetahui sejauh mana kemampuan tiap individu.
·         Prasekolah, sekitar usia 4-5 tahun (TK).
·         Sekolah dasar, sekitar usia 6-12 tahun (SD).
·         Sekolah menengah pertama, sekitar 12-15 tahun (SMP).
·         Sekolah menengah atas, sekitar 15-18 tahun (SMA).
·         Pendidikan tinggi, sekitar usia > 17 tahun.

3.  Jenis Pendidikan
Dengan adanya jenis pendidikan tentu membuat variasi dunia pendidikan. Karena setiap manusia memiliki ketertarikan dan kelebihan yang berbeda-beda. Jika menjalani pendidikan sesuai minatnya pasti akan menyenangkan. Berikut jenisnya ;
·      Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
·         Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu (SMK/SMA [IPA/IPS/SASTRA]).
·                   Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
·         Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
·         Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
·         Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.
·         Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus atau yang memiliki kecerdasan luar biasa secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

C.  Wajah Pendidikan di Indonesia
Sangat sensitive dengan pendidikan di Indonesia, atau bahkan ironis. Banyaknya rakyat Indonesia namun banyak juga yang memiliki keterbelakangan ilmu dan pengetahuan di mata dunia. Mungkin untuk kini sudah terbilang lumayan, karena masih ada beberapa orang yang masih peduli untuk menjadi guru tanpa honor demi mengajarkan masyarakat yang kurang mampu namun ingin mengeyam pendidikan. Tapi itu bisa dihitung.
Hal ini bukan seutuhnya salah mereka, namun bukan juga seutuhnya salah pemerintah. Sejak zaman penjajahan, Negara luar datang untuk menguasai wilayah Negara yang kaya dengan alam dan budaya ini. Semua masyarakat dijadikan sebagai babu yang harus tunduk dengan mereka. Hanya kaum pribumi yang mampulah yang dapat mengenyam masa-masa pendidikan. Bagi pribumi yang miskin jangankan untuk menimba ilmu, bisa makan setiap hari saja mereka sangat bersyukur. Kekejaman dulu membuat buta masyarakat Indonesia akan pendidikan.
Namun tidak lagi dengan perubahan situasi walau dalam jangka waktu yang sangat lama. Akhirnya penduduk Indonesia dapat merasakan sekolah, bedanya saat itu siswa duduk di bangku SD (Sekolah Dasar) berusia sangat relative. Ada yang 10 tahun, 14 tahun bahkan 17 tahun. Asalkan dapat bersekolah dan menerima Ijazah.
Lambat laun, pemerintah mulai memberi perhatian dengan generasi muda. Diadakannya program BOS (Bantuan Operasional Sekolah), pemberian buku gratis, adanya bus perpustakaan, dll. Tetapi itu semua belum menyebar seantero Indonesia.  Perkembangan di Ibu Kota dengan pelosok daerah berbeda jauh pesat. Pemerintah selalu jadi pusat teguran masyarakat dan ketika pemerintah telah berupaya memberikan dana, fasilitas, dll. Entah kemana perginya amanah yang diberikan dari orang penting di negeri ini kepada bagian yang langsung menangani masyarakat.


Penyebab Buruknya Pendidikan di Indonesia ;
·        Kurangnya bantuan pemerintah, baik sarana dan prasarana khusunya di daerah.
·   Ekonomi penduduk Indonesia, jika digambarkan dengan kurva pasti kurva yang terendah menunjukkan ekonomi yang kurang mampu. Bagaimana tidak, pengangguran dimana-mana, masyarakat yang bergantung hidup disudut-sudut kota demi mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup keluarganya. Masalah pendidikan itu menjadi nomor sekian. Atau yang sering terjadi di daerah adalah jika memiliki anak perempuan dengan ringan hati berani menjodohkan dengan seorang juragan/pengusaha/orang kaya lainnya yang bermimpi dengan cara tersebut dapat merubah kehidupannya. Namun pendidikan menjadi terkubur dalam-dalam.
·     Metode yang monoton, pada umumnya pelajar memiliki cara tersendiri untuk menangkap suatu informasi yang diberikan oleh pengajar. Namun bukan berarti tiap anak diberikan pelayanan mengajar yang berbeda-beda. Hanya saja pengajar lebih kreatif untuk mengkreasikan bagaimana caranya agar anak didiknya tertarik dan semakin semangat untuk belajar. 
·       Pembelajaran hanya pada satu media, bagi kota-kota besar sudah pasti bukan hanya dengan media buku. Melainkan sudah ada OHP, InFocus, dll. Bagaimana dengan daerah? Adanya buku gratis saja mereka sudah sangat terbantu. Itulah bedanya mereka dan itulah sulitnya jika standarisasi di daerah harus disamaratakan dengan kota-kota besar.
·   Pembelajaran dengan sentralisasi, artinya hanya gurulah yang bicara dari awal sampai akhir dan semua terpaku menatap guru. Sama sekali tidak memberi kesempatan anak didik bertanya atau mengadakan diskusi. Ini menyebabkan pelajar menjadi pasif dan akan menerima jadi apa yang akan di dapatkannya.
·        Pembelajaran dengan bantuan menyontek, bukan hal yang aneh. Sejak dulu hingga kini menyontek adalah hal yang wajib dilakukan pelajar. Meski tidak semua menyontek tapi bagaikan 10 : 10.000 orang. Padahal menyontek itu dosa, sama saja mengajarkan untuk korupsi. Menjadikan mental pemuda Indonesia tidak percaya diri dan kurang berusaha sungguh-sungguh. Jauh jika harus dibandingkan dengan pelajar luar yang sangat kritis, mampu mengeluarkan aspirasi, pendapat dan berpikir secara terbuka & luas.

BAB III
KESIMPULAN

      Banyaknya masalah akan pendidikan di Negara ini tidak menjadikan generasi muda menjadi enggan untuk mencari ilmu. Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa ilmu adalah jendela dunia, bahkan kejarlah ilmu hingga ke negeri Cina. Tidak akan sia-sia ilmu yang telah didapat selama bertahun-tahun di bangku sekolah. Asalkan diniatkan dengan tulus dan dengan proses yang baik. Tidak menjadi pelajar yang hanya bisa mengandalkan contekan, tidak menjadi pelajar yang pasif dan tidak menjadi pelajar abadi.
      Lebih open mind tentang ilmu, pengetahuan, keterampilan, hal yang berbau positif, dll. Tidak ada ruginya untuk menjunjung pendidikan, karena itu akan menjadi sejarah yang akan di contoh oleh next generation. Maka dari itu mulai sejak dini untuk membentuk karakter anak didik-anak didik yang hebat dan menghasilkan suatu hal besar yang positif.  


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tulisan :
6.  Penulis Blog

2 komentar:

Rahmi Imanda mengatakan...

hei guys..Yuk kita ikut lomba 10 kategori lomba khusus bagi mahasiswa Universitas Gunadarma. Edisi
Desember2012 ini diperuntukan bagi mahasiswa S1 dan D3. Tersedia 100 pemenang, atau 10 pemenang
untuk setiap kategori. link
http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php?stateid=shownews&idn=755

oh iya, kalian nggak mau ketinggalan kan untuk update terhadap berita studentsite dan baak , maka dari itu, yuk pasang RSS di Studentsite kalian.. untuk info lebih lanjut bagaimana cara memasang RSS , silahkan kunjungi link ini
http://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5

makasi :)

Wachit Nur Hidayati mengatakan...

Terimakasih infonya, maaf baru liat sekarang hehehe.