BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Dalam sebuah
kehidupan baik darat atau laut atau bahkan air pasti memerlukan pemimpin.
Pemimpin yang dapat memimpin segala yang ada di muka bumi agar dapat berjalan
dengan lancar & baik. Tidak lain dan
tidak bukan pemimpin segala yang ada di bumi dan jagad raya adalah Tuhan Yang
Maha Esa. Tiada satupun manusia yang dapat menandinginya.
Hal serupa namun tak
sama bisa dilakukan oleh manusia. Manusia mampu menjadi seorang pemimpin,
karena memang tertera di kitab suci Alquran yang mengatakan bahwa manusia
adalah khalifah di bumi. Manusia
diciptakan dengan penuh kesempurnaan baik rohani maupun jasmani. Manusia juga
merupakan makhluk Allah SWT yang paling tinggi derajatnya dibanding semua malaikat-Nya.
Maka bukan tidak mungkin banyak manusia yang menjadi tokoh pemimpin baik di
suatu daerah, negara atau bahkan di mata internasional.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan yaitu berkumpulnya tiga orang atau lebih kemudian
salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan
sesuatu. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah melakukan “kegiatan
memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada
kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi
kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang
dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut
pandangnya masing-masing.
2.2 Teori
Kepemimpinan
a.) Koontz & O’donnel, mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b.) Wexley & Yuki (1977), kepemimpinan
mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan
tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c.) Georger R. Terry, kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan
bersama.
d.) Pendapat lain, kepemimpinan merupakan
suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
2.3 Kepemimpinan Mohammad
Hatta
a.) Sejarah dan visi misi kepemimpinannya
Moh. Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukit
Tinggi, Payakumbuh. Di sebuah rumah kayu bertingkat dua dengan tanah seluas 800
meter menghadap Jalan Raya Bukit Tinggi. Hatta adalah anak bungsu dan anak
laki-laki satu-satunya. Ia adalah sosok pemimpin yang memiliki watak jujur,
disiplin, muslim yang saleh, negarawan yang demokratis dan ekonomi yang
ber-ideologi kerakyatan. Sejak kecil Hatta bersekolah di sekolah Belanda, setelah
lulus study Hatta sering kali menjadi
bagian terpenting, diantaranya :
(1)
Terpilih menjadi ketua dalam “Perhimpunan Indonesia (PI)”,
17 Januari 1926. Hatta menyampaikan pidato yang berjudul “Ekonomische Wereldbouw
en Machtstgenstellingen” dengan tujuan untuk memperkenalkan Indonesia.
(2) Di tahun yang sama, Hatta memimpin delegasi Kongres
Demokrasi Internasional untuk perdamaian dunia di Bierville, Perancis.
(3) Pada 10 - 15 Februari 1927 menjadi wakil delegasi Indonesia
dalam Liga menentang Imprealisme & Penindasan Kolonial di Brussel, Belgia.
(4) Tetap aktif menangani majalah Daulat Ra’Jat (1934 – 1935).
(5) Pada 1945 memimpin Delegasi Indonesia dalam perundingan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di DenHaag, Belanda.
(6) Menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS)
(7) Pada 29 Januari 1948 – 1949 merangkap sebagai Wakil
Presiden, Perdana Menteri & Menteri Pertahanan RIS.
(8) Pada Desember 1949 – Agustus 1950 merangkap menjadi Menteri
Luar Negeri RIS.
(9) Tanggal 27 November 1956 Univ. Gajah Mada menganugerahkan
Doctor Honoris Causa pada Mohammad Hatta.
(10) Dll.
b.) Pemikiran-Pemikiran Mohammad Hatta
Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh yang memegang teguh
prinsip yang diyakininya. Memperjuangkan status Indonesia sebagai Negara yang
mengakomodasi segala golongan. Bahkan rela meletakkan jabatannya demi
mempertahankan kesatuan bangsa. Latar belakang pengetahuannya yang amat
mendalam tentang ekonomi dan ketatanegaraan mengantarkan dirinya terlibat aktif
dalam berbagai peristiwa penting dalam proses pembentukan nation state Indonesia. Hatta pernah terlibat aktif dalam
penyusunan Undang-Undang Dasar (UUD 1945), penyusunan Konstitusi RIS 1949 dan
penuyusunan UUD Sementara 1950.
(1)
Kebangsaan
“Negeri
yang rakyatnya hanya tahu menerima perintah dan tidak pernah turut memerhatikan
atau mengatur pemerintahan negerinya, tidak memiliki kemauan dan tidak
melakukan kemauan itu dengan rasa tanggung jawab penuh.” Maka rakyat tidak akan
pernah insyaf akan harga diri dan kedaulatannya, sehingga ia mudah tunduk
dibawah kekuasaan apa & siapa saja. “Bila Indonesia merdeka, rakyat akan
tetap tertindas oleh orang yang berkuasa.” Tulis Hatta.
(2) Hak Asasi Manusia (HAM)
Hatta
adalah pemberi kontribusi pemikiran yang konseptual perihal HAM. Pertama, Hatta sebagai peletak dasar
utama Negara Demokrasi Konstitusional baik dalam praktik tataran nilai maupun
kelembagaan. Kedua, mampu
menyelesaikan konflik ideology yang timbul akibat Piagam Jakarta yang di
dalamnya mengatur Asas Ketuhanan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Ketiga, Hatta
melihat pemerintahan berjalan tanpa control lembaga legislative terutama yang
berfungsi menyusun GBHN saat lahirnya Maklumat X. Keempat, Lahirnya Manifesto Politik 1 November 1945 dengan
asas-asas universal yang mencakup transparasi, pastisipasi masyarakat &
pertanggungjawaban. Kelima, Manifesto
memberi kebebasan dari luar untuk mencapaiperkembangan & tatanan internasional
mengenai hak-hak rakyat sesuai aspirasi PBB. Keenam, mengeluarkan Maklumat Pemerintah 3 untuk mempertahankan
eksistensi RI & diperlukan partisipasi masyarakat. Ketujuh, menyetujui usulan KNIP tentang perubhana system
presidensiil ke parlementer. Kedelapan,
membentuk Lembaga Perdana Menteri untuk menuju arah demokratis. Kesembilan, mewakili Indonesia dalam KMB
untuk pertama kalinta Indonesia menerima sepenuhnya Deklarasi Universal HAM
oleh PBB 1948. Kesepuluh, perbedaan
pandangan antara Soekarno dan Hatta. Hatta tegas berpandangan HAM & hak-hak
warga dicantumkan dalam dasar konstitusi sebagai perlindungan Negara &
warga yang merdeka. Tapi bagi Soekarno HAM bertentangan dengan semangat
kekeluargaan.
(3)
Demokrasi
Hatta
menolak demokrasi yang bertumpu pada kepentingan feudal, dominasi kepentingan
satu golongan agama yang menindas agama yang lainnya.hak politik harus ditangan
rakyat, pemaksaan pendapat harus dicegah. Hatta telah membuktikan dirinya
sebagai seorang demokrat dan pluralis sejati, negarawan yang matang, tabah dan
rendah hati, komunikan atau interlocutor politik yang berpikiran dan bertindak
positif meskipun sudah tersingkir dari kekuasaan, sekaligus seorang
religiusitas yang istimewa.
(4)
Ekonomi Kerakyatan
Komitmen
Hatta terhadap hak asasi ekonomi sangat kuat, dimana obsesinya ingin melunakkan
struktur ekonomi yang dipatrikan para administrator Belanda. Ada 3 hal yang
menjadi penekanan umum untuk menentukan perekonomian suatu negeri ;
·
Kekayaan Tanah
·
Kedudukan terhadap negeri lain dalam lingkungan
Internasional
·
Sifat & Kecakapan rakyat.
(5)
Hubungan Islam & Politik
Menurutnya
di zaman Nabi di masa Madinah, ayat-ayat Quran turun kepada Rasulullah “memberi
petunjuk, cara, bagaimana pemimpin Islam berjuang. (Maka) selama di Madinah,
Nabi tidak saja sebagai pemimpin masyarakat, tetapi juga sebagai kepala
pemerintah.” Hatta mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanya sementara.
Karena itu, bumi harus dipelihara dan perlu membangun masyarakat & Negara.
c.) Sosok & Kepribadian Mohammad Hatta
Indonesia tidak melupakan Mohammad Hatta salah seorang
proklamator dan pemimpin bangsa. Dia
jujur, antikorupsi, memegang teguh prinsip, tegas, terampil berorganisasi,
memiliki intelektualitas tak tertandingkan dan pemegang paham sosialisme yang
setia.
(1) Kepala keluarga yang penuh kasih saying
(2) Disiplin, terutama soal waktu.
(3) Kecintaan pada buku
(4) Pribadi yang serius
(5) Pemimpin flamboyant
(6) Tokoh yang religious
(7) Penulis ulung
(8) Negarawan pemberi teladan
2.4
Gaya Kepemimpinan secara Umum
·
Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk
mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
·
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam memajukan
organisasi.
· Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap
yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat
pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan
menemukan hal-hal baru.
· Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak
lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,
melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang
diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan
masalah.
· Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan
inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang
dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang
kuat.
· Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang
integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
·
Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi
dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi
penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
· Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya
dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
· Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang
semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk
berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam
organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan di luar organisasi tersebut.
· Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut
berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci
keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada
kemampuannya bertindak secara objektif.
· Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang
pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan
menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk
mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa
melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup
tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
· Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara
berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip
hidup yang dianut oleh seseorang.
·
Ketegasan, keberanian, orientasi masa depan serta sikap yang
antisipatif dan proaktif.
BAB 3
KESIMPULAN
Pada
masa-masa tokoh pemimpin tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Ada banyak
rintangan yang ditempuh dan dikorbankan. Seorang pemimpinpun tidak dapat
bekerja sendiri, karena ia butuh dukungan agar tetap kuat dan semangat dalam
menjalankan tanggung jawabnya. Salah satunya Mohammad Hatta yang selalu
berfikir positif dan memiliki optimis yang tinggi demi membela dan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat. Itu semua tidak terlepas dari doa yang ia panjatkan
pada Sang Maha Kuasa serta keluarga tercinta.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
a.) Alfarizi, Salman. 2009. Biografi Singkat : MOHAMMAD HATTA 1902 –
1980. Penerbit GARASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar