Rabu, 23 Januari 2013

TOKOH KEPEMIMPINAN “MOHAMMAD HATTA”




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Pendahuluan
Dalam sebuah kehidupan baik darat atau laut atau bahkan air pasti memerlukan pemimpin. Pemimpin yang dapat memimpin segala yang ada di muka bumi agar dapat berjalan dengan lancar & baik.  Tidak lain dan tidak bukan pemimpin segala yang ada di bumi dan jagad raya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tiada satupun manusia yang dapat menandinginya.
Hal serupa namun tak sama bisa dilakukan oleh manusia. Manusia mampu menjadi seorang pemimpin, karena memang tertera di kitab suci Alquran yang mengatakan bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Manusia diciptakan dengan penuh kesempurnaan baik rohani maupun jasmani. Manusia juga merupakan makhluk Allah SWT yang paling tinggi derajatnya dibanding semua malaikat-Nya. Maka bukan tidak mungkin banyak manusia yang menjadi tokoh pemimpin baik di suatu daerah, negara atau bahkan di mata internasional.


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan
            Kepemimpinan yaitu berkumpulnya tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing.

2.2 Teori Kepemimpinan
a.) Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b.)   Wexley & Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c.)      Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
d.)    Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
2.3 Kepemimpinan Mohammad Hatta
a.)       Sejarah dan visi misi kepemimpinannya
Moh. Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi, Payakumbuh. Di sebuah rumah kayu bertingkat dua dengan tanah seluas 800 meter menghadap Jalan Raya Bukit Tinggi. Hatta adalah anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya. Ia adalah sosok pemimpin yang memiliki watak jujur, disiplin, muslim yang saleh, negarawan yang demokratis dan ekonomi yang ber-ideologi kerakyatan. Sejak kecil Hatta bersekolah di sekolah Belanda, setelah lulus study Hatta sering kali menjadi bagian terpenting, diantaranya :
(1)         Terpilih menjadi ketua dalam “Perhimpunan Indonesia (PI)”, 17 Januari 1926. Hatta menyampaikan pidato yang berjudul “Ekonomische Wereldbouw en Machtstgenstellingen” dengan tujuan untuk memperkenalkan Indonesia.
(2)    Di tahun yang sama, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian dunia di Bierville, Perancis.
(3)       Pada 10 - 15 Februari 1927 menjadi wakil delegasi Indonesia dalam Liga menentang Imprealisme & Penindasan Kolonial di Brussel, Belgia.
(4)       Tetap aktif menangani majalah Daulat Ra’Jat (1934 – 1935).
(5)   Pada 1945 memimpin Delegasi Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) di DenHaag, Belanda.
(6)        Menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS)
(7)       Pada 29 Januari 1948 – 1949 merangkap sebagai Wakil Presiden, Perdana Menteri & Menteri Pertahanan RIS.
(8)       Pada Desember 1949 – Agustus 1950 merangkap menjadi Menteri Luar Negeri RIS.
(9)    Tanggal 27 November 1956 Univ. Gajah Mada menganugerahkan Doctor Honoris Causa pada Mohammad Hatta.
(10)     Dll.
b.)       Pemikiran-Pemikiran Mohammad Hatta
Mohammad Hatta dikenal sebagai tokoh yang memegang teguh prinsip yang diyakininya. Memperjuangkan status Indonesia sebagai Negara yang mengakomodasi segala golongan. Bahkan rela meletakkan jabatannya demi mempertahankan kesatuan bangsa. Latar belakang pengetahuannya yang amat mendalam tentang ekonomi dan ketatanegaraan mengantarkan dirinya terlibat aktif dalam berbagai peristiwa penting dalam proses pembentukan nation state Indonesia. Hatta pernah terlibat aktif dalam penyusunan Undang-Undang Dasar (UUD 1945), penyusunan Konstitusi RIS 1949 dan penuyusunan UUD Sementara 1950.
(1)         Kebangsaan
“Negeri yang rakyatnya hanya tahu menerima perintah dan tidak pernah turut memerhatikan atau mengatur pemerintahan negerinya, tidak memiliki kemauan dan tidak melakukan kemauan itu dengan rasa tanggung jawab penuh.” Maka rakyat tidak akan pernah insyaf akan harga diri dan kedaulatannya, sehingga ia mudah tunduk dibawah kekuasaan apa & siapa saja. “Bila Indonesia merdeka, rakyat akan tetap tertindas oleh orang yang berkuasa.” Tulis Hatta.
(2)        Hak Asasi Manusia (HAM)
Hatta adalah pemberi kontribusi pemikiran yang konseptual perihal HAM. Pertama, Hatta sebagai peletak dasar utama Negara Demokrasi Konstitusional baik dalam praktik tataran nilai maupun kelembagaan. Kedua, mampu menyelesaikan konflik ideology yang timbul akibat Piagam Jakarta yang di dalamnya mengatur Asas Ketuhanan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Ketiga, Hatta melihat pemerintahan berjalan tanpa control lembaga legislative terutama yang berfungsi menyusun GBHN saat lahirnya Maklumat X. Keempat, Lahirnya Manifesto Politik 1 November 1945 dengan asas-asas universal yang mencakup transparasi, pastisipasi masyarakat & pertanggungjawaban. Kelima, Manifesto memberi kebebasan dari luar untuk mencapaiperkembangan & tatanan internasional mengenai hak-hak rakyat sesuai aspirasi PBB. Keenam, mengeluarkan Maklumat Pemerintah 3 untuk mempertahankan eksistensi RI & diperlukan partisipasi masyarakat. Ketujuh, menyetujui usulan KNIP tentang perubhana system presidensiil ke parlementer. Kedelapan, membentuk Lembaga Perdana Menteri untuk menuju arah demokratis. Kesembilan, mewakili Indonesia dalam KMB untuk pertama kalinta Indonesia menerima sepenuhnya Deklarasi Universal HAM oleh PBB 1948. Kesepuluh, perbedaan pandangan antara Soekarno dan Hatta. Hatta tegas berpandangan HAM & hak-hak warga dicantumkan dalam dasar konstitusi sebagai perlindungan Negara & warga yang merdeka. Tapi bagi Soekarno HAM bertentangan dengan semangat kekeluargaan.
(3)         Demokrasi
Hatta menolak demokrasi yang bertumpu pada kepentingan feudal, dominasi kepentingan satu golongan agama yang menindas agama yang lainnya.hak politik harus ditangan rakyat, pemaksaan pendapat harus dicegah. Hatta telah membuktikan dirinya sebagai seorang demokrat dan pluralis sejati, negarawan yang matang, tabah dan rendah hati, komunikan atau interlocutor politik yang berpikiran dan bertindak positif meskipun sudah tersingkir dari kekuasaan, sekaligus seorang religiusitas yang istimewa.
(4)         Ekonomi Kerakyatan
Komitmen Hatta terhadap hak asasi ekonomi sangat kuat, dimana obsesinya ingin melunakkan struktur ekonomi yang dipatrikan para administrator Belanda. Ada 3 hal yang menjadi penekanan umum untuk menentukan perekonomian suatu negeri ;
·         Kekayaan Tanah
·         Kedudukan terhadap negeri lain dalam lingkungan Internasional
·         Sifat & Kecakapan rakyat.
(5)         Hubungan Islam & Politik
Menurutnya di zaman Nabi di masa Madinah, ayat-ayat Quran turun kepada Rasulullah “memberi petunjuk, cara, bagaimana pemimpin Islam berjuang. (Maka) selama di Madinah, Nabi tidak saja sebagai pemimpin masyarakat, tetapi juga sebagai kepala pemerintah.” Hatta mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanya sementara. Karena itu, bumi harus dipelihara dan perlu membangun masyarakat & Negara.

c.)       Sosok & Kepribadian Mohammad Hatta
Indonesia tidak melupakan Mohammad Hatta salah seorang proklamator  dan pemimpin bangsa. Dia jujur, antikorupsi, memegang teguh prinsip, tegas, terampil berorganisasi, memiliki intelektualitas tak tertandingkan dan pemegang paham sosialisme yang setia.
(1)   Kepala keluarga yang penuh kasih saying
(2)   Disiplin, terutama soal waktu.
(3)   Kecintaan pada buku
(4)   Pribadi yang serius
(5)   Pemimpin flamboyant
(6)   Tokoh yang religious
(7)   Penulis ulung
(8)   Negarawan pemberi teladan

2.4  Gaya Kepemimpinan secara Umum  
·         Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
·         Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dalam memajukan organisasi.
·      Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
·       Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
·       Daya ingat yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
·      Kapasitas integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
·       Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
·  Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
·        Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
·  Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
·    Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
·       Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
·         Ketegasan, keberanian, orientasi masa depan serta sikap yang antisipatif dan proaktif.


BAB 3
KESIMPULAN

            Pada masa-masa tokoh pemimpin tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Ada banyak rintangan yang ditempuh dan dikorbankan. Seorang pemimpinpun tidak dapat bekerja sendiri, karena ia butuh dukungan agar tetap kuat dan semangat dalam menjalankan tanggung jawabnya. Salah satunya Mohammad Hatta yang selalu berfikir positif dan memiliki optimis yang tinggi demi membela dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Itu semua tidak terlepas dari doa yang ia panjatkan pada Sang Maha Kuasa serta keluarga tercinta.


BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

a.)    Alfarizi, Salman. 2009. Biografi Singkat : MOHAMMAD HATTA 1902 – 1980. Penerbit GARASI.

Tidak ada komentar: