Ada kalanya manusia lupa dan melanggar hukum ketika sebagian dari
mereka larut dalam globalisasi dunia. Namun kini etika lupa dan melanggar bukan
lagi dalam batas “kalanya” tapi sudah mendekati atau bahkan sudah menjadi “habit”
atau kebiasaan. Indonesia memiliki dasar hukum yang besar dan jelas, bahkan
dunia pun tahu bahwa Landasan Idiil Negara Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia. Pancasila
bermula dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari Panca dan Sila. Panca artinya
lima dan sila artinya prinsip atau asas, namun terdapat kata syiila yang
berarti peraturan atau tingkah laku yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pancasila yaitu lima dasar peraturan
yang baik.
Pancasila memiliki 5 prinsip, antara lain ;
1.
Dilarang membunuh
2.
Dilarang mencuri
3.
Dilarang berzinah
4.
Dilarang berbohong atau berdusta
5.
Dilarang mabuk-mabukan
Rumusan
pancasila dilakukan pada saat sidang BPUPKI I tepatnya pada tanggal 29 Mei – 1
Juni 1945. Terdapat 3 tokoh yang merumuskan poin-poin pancasila, diantaranya ;
a.
Moh. Yamin, 29 Mei 1945
b.
Soepomo, 31 Mei 1945
c.
Ir. Soekarno 1 Juni 1945
Hingga
Pancasila menjadi :
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusaian Yang Adil dan Beradab
3.
Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpimn oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam permusyawarahan/Perwakilan
5.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Dari
kelima sila tersebut telah jelas bagi
masyarakat Indonesia untuk dijadikan sebagai pondasi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Misalnya sila ke-1 yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”
disini menjelaskan bahwa Indonesia sangat menjunjung tinggi keyakinan tiap
masyarakat untuk beribadah pada Tuhan YME. Karena pada dasarnya sebelum Negara
Indonesia merdeka bahkan selama jaman kerajaan terdahulu, masyarakat Indonesia
sudah lebih dahulu mengetahui tentang keagamaan. Baik yang masih berbau tabuh
atau sudah mengarah pada ajaran yang sebenarnya.
Dari sinilah seharusnya manusia jaman sekarang
mengerti bahwa agama bukanlah hal yang harus disepelekan. Akan tetapi dijunjung
tinggi derajatnya, karena semua kativitas yang dilakukan dan konsekuensi yang
di dapat pasti tidak jauh dari Tuhan YME. Maka itu kita sebagai manusia yang
masih ada di dunia yang fana ini diminta untuk terus berada di jalan-Nya.
Banyaknya
korupsi, perkelahian, pencurian, penembakan dan kekerasan yang lainnya
diakibatkan karena “Human Error”. Memang Indonesia adalah Negara Hukum yang
dimana terdapat badan keamanan masyarakat seperi Hansip, Satpam, Kepolisian dan
TNI. Akan tetapi ketika perselisihan diantara masyarakat terjadi, itu bukan
semata-mata kesalahan para penegak keamanan. Yang harus dipertanyakan adalah
para tersangka kasus-kasus tersebut. Dengan alasan apa mereka melakukan seperti
itu. Apa tujuannya dan seberapa jauhkah mereka memikirkan dampak dari
perbuatannya tersebut.
Bukannya
main hakim sendiri dengan men-judge para kepolisian. Hah! Indonesia adalah
Negara yang sangat kaya, baik dari alamnya, masyarakatnya, bahkan emosionalnya
juga. Ketika ada sedikit perselisihan dalam hitungan detik akan menjadi sebuah
gedung yang terbakar dahsyat!! Dimanakah nilai pancasila yang setiap senin
dikumandangkan ketika upacara sekolah?? Banyak masyarakat Indonesia yang
sarjana, itu artinya mereka pernah mengenyam pendidikan SD, SMP dan SMA.
Disanalah kata “Pancasila” sering di dengar, di pelajari, di ucapkan dan
diminta untuk di lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi yang tidak pernah mengenyam bangku
sekolah, itu hal yang sangat baik. Untuk apa mengenyam bangku, lebih baik
mengenyam makanan demi mengisi perut yang lapar, hahaha. Buku UUD yang kecil
yang dijual dpinggiran banyak. Disitu
terdapat Pancasila, pasal-pasal, amandemen UUD, pergantian Presiden dan
partai-partai. Harganya pun murah, sehingga bisa dijangkau oleh siapapun.
Seharusnya hal yang seperti ini sudah LULUS bagi masyarakat Indonesia.
Bukan sekedar LULUS dalam menghafal, tapi juga
LULUS dalam mengamalkan di kehidupan yang keras ini. Bayangkan saja, buku
dengan ukuran kecil yang didalamnya terdapat isi yang sangat penting mencakup
Negara hanya dijual dengan harga murah. Bandingkan dengan sebuah kendaraan
mewah dengan harga yang sangat luxurious yang banyak dibeli oleh orang-orang
gedongan. Padahal kendaraan itu adalah benda mati yang jika digunakan atau diamalkan
tidak dapat memberi pandangan maju untuk Negara.
Berbeda
halnya dengan buku tadi, jika dibeli kemudian digunakan akan dapat dirasakan
manfaatnya. Meski itu benda mati tapi jika digunakan dengan sabaik-baiknya itu
akan menjadi benda hidup yang mengalir dalam tubuh merah putih ini.
Jangan
sampai kata pancasila diganti menjadi komunis. Seperti kejadian tanggal 30
September 1965. Dimana segelintir rakyat Indonesia yang tergabung dalam PKI
ingin menjatuhkan ideologi Indonesia dengan seenaknya. Namun itu tidak terjadi
dengan semangatnya para tokoh-tokoh masyarakat yang tetap mempertahankan
pancasila ini. Semangat yang seperti ini yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia.
Kemanakah semangat itu? Apakah ia terkubur bersamaan dengan raga para
tokoh-tokoh terdahulu ataukah direbut oleh tetangga Negeri ini? Berkacalah pada
diri sendiri dan renungkan, makan akan didapatkan jawabannya.
Studi Kasus :
KASUS
KORUPSI
Panjang lebar membahas kasus ini, ujung-ujungnya adalah tidak
diketahui siapa pelakunya. Sekalipun diketahui tetapi tidak tertangkap,
sekalinya tertangkap dan telah menjadi tersangka masih ingin membela diri.
Maunya apa?? Hidup enak?? Seharusnya sadar ketika disidang untuk ditetapkan
menjadi anggota itu seperti apa! Dimana ketika mereka mengucap janji, dimana
mereka mengetahui hak dan kewajiban mereka, dimana mereka menjalankan tugas dan
amanah dari masyarakat Indonesia yang sangat banyak ini.
Mereka tidak seharusnya mementingkan kepentingan pribadi. Mereka
hampir setiap hari melewati jalan. Baik jalan raya maupun jalan sempit, itu
adalah fasilitas umum. Mereka ikut menggunakannya juga, sedangkan ketika rakyat
dibawah berteriak mereka menutup telinga dan mata mereka erat-erat. Bagaimana
jika suatu saat telinga dan mata mereka benar-benar telah ditutup oleh Sang
Maha Kuasa padahal tugas mereka belum dijalankan dengan baik. Akankah mereka
berteriak layaknya para rakyat yang pernah mereka acuhkan??