BAB I
PENDAHULUAN
Zaman era globalisasi teramat
sangat dibutuhkan komunikasi yang baik, khususnya dalam sebuah organisasi. Seprti
kalimat “the flow of messages within a network of interdependent relationship”.
Karena komunikasi merupakan jembatan yang menentukan aktif tidaknya suatu
organisasi tersebut. Dibawah ini akan dibahas bagaimana sebuah ide dapat ditransfer
melalui komunikasi yang nantinya akan membentuk sebuah hasil kerja. Komunikasi
dapat berupa verbal dan non verbal. Komunikasi yang verbal pasti menggunakan bahasa,
bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang terdiri dari seperangkat bunyi
& lambang tertulis yang digunakan
oleh orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk berbicara dan
menulis (Collins Cobuild).
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
Upaya
untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan
sebagainya, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Menurut Achmad Basyuni & SH.,M.Kes, Widyaiswara
Madya bahwa “To make opinions, feelings, information etc, known Or
understood by others (Longman)”.
Kemampuan untuk mengungkapkan keinginan, ide, perasaan,
fikiran atau pendapat seseorang sehingga dapat mengerti dan dimengerti oleh
orang lain.
Menurut
Achmad Basyuni & SH.,M.Kes, Widyaiswara
Madya juga “Proses penyampaian pesan dari Komunikator ke Komunikan melalui
saluran/media dengan harapan mendapatkan umpan balik”.
Komunikasi
organisasi diberi batasan sbg arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergabung satu sama lain. Sebagian besar pribadi manusia
terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok &
masyarakat. Two way communication,
komunikasi dua arah, komunikasi timbal balik, membutuhkan kerjasama yg
diharapkan untuk mencapai cita-cita bersama, cita-cita pribadi, maupun
kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
2.2 MODEL KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.2.1
Model Komunikasi Linier
a.
One way communication,
dalam model ini komunikator memberi suatu stimuli & komunikan melakukan
respon yang diharapkan tanpa mengadakan
seleksi & interpretasi.
b.
Komunikasi bersifat monolog.
2.2.2
Model Komunikasi
Interaksional
a.
Kelanjutan dari model pertama, pada tahap ini sudah
terjadi feedback.
b.
Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah &
ada dialog.
c. Tiap partisipan memiliki peran ganda, satu saat
bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain sebagai komunikan.
2.2.3
Model Komunikasi
Transaksional.
a. Komunikasi dipahami dalam konteks hubungan antara dua
orang/lebih.
b. Pandangan
ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif.
c. Tidak
ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
2.3 FUNGSI
KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.3.1 Fungsi Informatif
a. Organisasi dapat dipandang sebagai sistem pemrosesan informasi (information
processing system).
b. Seluruh anggota dalam organisasi berharap akan dapat
informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.
c. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
2.3.2 Fungsi Regulatif
a. Berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi.
b. Atasan atau orang-orang dalam jajaran struktural
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
2.3.3 Fungsi Persuasif
a. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
b. Banyak pimpinan lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya dari pada memberi perintah.
2.3.4 Fungsi Integratif
a. Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas & pekerjaan dengan baik.
b. Pelaksanaan komunikasi ini dapat menumbuhkan
keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasinya.
2.4 GAYA KOMUNIKASI dalam ORGANISASI
2.4.1
The Controlling Style
a. Gaya komunikasi bersifat mengendalikan, ditandai
dengan adanya satu kehendak untuk membatasi, memaksa & mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain.
b. Lebih memusatkan perhatian pada pengiriman pesan,
tidak ada/tidak mengharapkan umpan balik.
2.4.2
The Equalitarian Style
a.
Adanya landasan kesamaan dan two way traffic of communication.
b. Komunikasi dilakukan secara terbuka, mengungkapkan
gagasan secara rileks, santai dan informal.
c. Memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi,
efektif dalam memelihara empati & kerjasama.
2.4.3
The Structuring Style
Memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yg harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas & pekerjaan serta struktur organisasi.
2.4.4
The Dynamic Style
Memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action oriented).
2.4.5
The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat atau gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah.
2.4.6
The Withdrawal Style
a.
Gaya ini tidak layak dipakai dalam komunikasi
organisasi.
b.
Melemahnya tindak KOMUNIKASI.
c. Dalam deskripsi konkret adalah, saat seseorang
mengatakan : “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini !”. Pernyataan
ini bermakna bahwa seseorang mencoba
melepas diri dari tanggung jawab, tapi juga mengindikasikan suatu keinginan
untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.
BAB 3
KESIMPULAN
Dimulai dari hal-hal kecil yang berpotensi membuat
kesalahan komunikasi , suatu tujuan organisasi akan terhambat. Maka peran
teknologi juga sangat diperhitungkan dalam suatu organisasi. Bisa berupa pesan
singkat atau blackberry messenger dan panggilan langsung melalui telepon. Upaya
ber jalur komunikasi terbaik bagi partner kerja demi mecegah ambiguilitas,
misalnya melalui panggilan telepon atau pesan singkat jika hanya memberikan
informasi yang simple. Hal ini dikarenakan karena dalam jalur komunikasi yang
dibuat pasti selalu ada hambatan yang tidak akan diketahui. Baik dari
permasalahan teknologi itu sendiri misalnya signal trouble yang biasanya
terjadi karena daerah tertentu masih belum memasuki jangkauan coverage yang
luas. Karena apabila mebahas tentang hambatan , pasti akan banyak sekali yang masuk
dalam hambatan pada proses komunikasi.
Hambatan yang memicu terjadinya
kesalahan komunikasi berawal dari pembawaan individual masing-masing atau para
pelaku organisasi itu sendiri. Yang paling nyata adalah sifat dan kebutuhan
suatu individu itu sendiri, biasanya berupa emosi, rasa tertutup, atau rasa
ingin dihormati. Untuk itu sikap jujur dan transparan dalam berorganisasi patut
dijunjung tinggi dalam kehidupan berorganisasi, karena kerja tim sangat
berpenguruh. Pengaruh kestabilan emosi juga penting karena apabila dalam
keadaan emosi maka informasi yang diterima tidak akan ditanggapi dengan baik
seluruhnya yang mengakibat akhir dari tujuan suatu oragnisasi kurang terasa
maksimal.
BAB 4
DAFTAR
PUSTAKA
1. Achmad Basyuni, SH.,M.Kes, Widyaiswara
Madya